Senin, 24 Juni 2013

Should I Say Thanks to One Night Stand? Part 3 - Trouble



KIARA
   Sejak kejadian dua bulan yang lalu yang menimpaku, aku selalu menemukan Daniel yang sudah rapi berdiri di depan rumahku untuk mengantarku ke kampus. Tapi aku salut padanya, sudah ku tolak berkali-kali, tetapi dia tetap saja keukeuh untuk mengantarkanku ke kampus. Dan ... humh,.. ini bisa dikatakan romantis bila dilakukan seseorang yang ‘ku sukai, tetapi sayangnya ini dilakukan seseorang yang ‘ku benci. Huh, sungguh sialnya aku karena berurusan dengan sang playboy kampus.
   .
   “Pagi, sayang” sapanya saat melihatku keluar dari rumah.
   “Sudah berapa kali sih gue bilang jangan panggil-panggil gue sayang. Enek tau gak dengernya” jawabku dengan nada ketus.
   “Buset, kamu kok galak banget sih, yang. Aku kan jadi takut.” Ish, masa gitu aja takut sih. Dia kira aku setan apa. Menyebalkan sekali, huh.
   “Heh, apa peduli lu kalau gue galak? Dan berenti gunain aku-kamu. Emang lu pikir gue sapa lu, hah?” tanyaku dengan nada ketus.
   “Sebentar lagi kamu kan akan jadi pacarku.” Ia mengedipkan matanya kepadaku.
   “Pacar? Dalam mimpi kali!” kataku masih dengan nada ketus.
   “Ah, tidak apa-apalah yang penting jadi pacar kamu, yang” Ia terkikik sembari mengedipkan matanya padaku, dan langsung saja aku pukul dia dengan tas tangan yang aku bawa. Hah, lagi-lagi’lah kau mencoba main mata denganku. Kena sendiri’kan akibatnya.
   “Ya ampun. Kamu kok gitu banget sih yang sama aku? Teganya teganya tegaaa sekalii.” Ia bernyanyi. Lah, kok jadi malah nyanyi, sih? Dasar gak waras tu kupret.
   “Itu suara apa bunyi bajaj?” sindirku. Oke, sebenarnya suaranya tidak jelek-jelek banget, malah nyaris enak didengar. Tapi gengsi’lah ya mengakuinya. Nanti dia malah membanggakan diri lagi. Huecih males deh kalau sudah melihat dia membanggakan diri.
   “Enak aja nyama-nyamain suara’ku yang keren nan indah ini dengan bunyi bajaj. You must know’lah babe, gini-gini aku pernah jadi vokalis band tahuuu.” Ia mengerucutkan bibirnya. Ish! Ngegemesin banget sih! Pengen deh nabok tuh bibir*eh?
   “Masa sih lu pernah jadi vokalis band? Nggak percaya tempeee” ejekku.
   “Ciusan? Miapah?” hadoh lebayku kambuh lagi.
   “Mikirin kamuhh” katanya dengan nada yang tidak kalah lebay sambil mengedipkan matanya yang ku hadiaahi cubitan di pinggangnya. “Aduh sakit banget” ia meringis.“Kalau nyubit itu kira-kira dong, sakit banget ini” ia melanjutkan ucapannya sambil menggerutu.
    “Makanya jangan sok didepan gue”
    “Ish! Aku kan cuma ngejawab apa yang kamu tanya tadi. Lagian niatan aku kesini tuh mau ngajakin kamu ke kampus bareng aku.” Ia berkata dengan cemberut.
    “Kalau gue gak mau gimana?” tantang’ku
    “Yang, kamu kok jahat banget sih? Gak kasian apa sama aku? Aku udah bela-belain bangun pagi-pagi suapaya bisa kesini, ngejemput kamu biar kita bisa berangkat ke kampus bareng. Lagian aku udah dua bulanan loh ngelakuin ini supaya kamu mau berangkat ke kampus bareng aku” katanya panjang lebar. Hmm, ku pikir-pikir gak ada salahnya sekali-sekali berangkat ke kampus bareng dia. Lagian sekarang badanku mudah lelah kalau terlalu banyak beraktifitas, dan juga suka mual-mual.
    “Hmm, yaudah deh. Gue ikut lo” putusku akhirnya. Ia yang melihatku langsung sumringah plus semangat empat lima koma sembilan sembilan *err, emang ada?-_- dasar author sarap*
    “Ahh, serius yang? Beneran nih? Aahhhh makasih ayangggg” ucapnya sambil senyum-senyum sendiri.
***
DANIEL
   Perasaanku senang bukan main, usaha’ku selama 2 bulan ini untuk bangun pagi dan menjemput Kiara tidak sia-sia. Akhirnya ia mau berangkat ke kampus bersama’ku. Ingin rasanya aku teriak-teriak, loncat-loncat, menari-nari bahkan bersujud syukur pada Tuhan ataupun membuat pesta yang sangat besar untuk merayakan hari dimana Kiara mau berangkat ke kampus bersama’ku. Oke, ini memang terdengar berlebihan, tapi tenang saja itu semua tidak akan ‘ku lakukan kok karena aku masih punya gengsi yang sangat besar terhadap gadis itu. Ck!
***
 KIARA
   Sesampainya di kampus, banyak mata yang menatapku saat aku keluar dari mobil sang playboy cap sendal jepit buluk. Ada yang menatapku dengan tatapan tajam, seolah ingin mengulitiku hidup-hidup, ada pula yang menatapku dengan tatapan heran. Yah wajar’lah ya mereka heran, toh selama ini aku berusaha menjauhhhh sejauh jauhnya dari playboy cap sendal jepit buluk ini dan sekarang, dengan tiba-tiba dan tak terduga aku keluar dari mobil sang playboy.
   Tapi eh tapinya, kurasa lebih banyak yang menatapku dengan tatapan tajam seolah ingin menguliti’ku deh dari pada yang menatapku heran. Huh, tatapan mereka membuatku risiihhh, sangat sangat risih. Eh, semoga saja yang aku khawatirkan tidak terjadi, ameen. Membayangkannya saja aku sudah takut apalagi itu terjadi. Huaaa, jangan sampe dehhh.
   “Yang, udah sampe di depan kelas kamu nih” Ucap Daniel.
   Huh, gara-gara ngelamunin para makhluk penggemar si Daniel dung dung deh nih aku jadi tidak sadar kalau sudah sampai di depan kelas. Ah, dasar menyebalkan.
   “Ah, eh yasudah, gue masuk dulu. Makasih tumpangannya” ucapku.
Saat hendak melangkah, tiba-tiba Daniel menarik tanganku. “Heh, apa sih pegang-pegang tangan gue. Lepasin gak!” seruku sambil mencoba menarik tanganku.
   “Kiss bye’nya mana, yang?” Tanya Daniel kalem, ia menunjuk kedua pipi plus bibirnya.
   “Nih kiss bye.” Aku menacungkan tinju’ku di depan wajahnya.
   “Widih,, galak amat sih kamu yang. Lagian masa sama pacar sendiri gak mau kasih kiss bye, padahal kita’kan udah ngelaku’in yang lebih dari kiss bye.” Mendengar ucapannya tadi sedikit membuatku merona. Ish! Cowok ini kenapa mengungkit-ungkit hal itu lagi, sih. Itu kan sudah lama terjadi.
   “Heh, udah deh ya, gak usah ngungkit-ngungkit yang udah berlalu! Lagian sana pergi lu, telat tau rasa ntar.” Kataku dengan ketus.
   “Cie yang perhatian sama aku. Hihiww, yaudah deh yang, aku masuk ke kelasku dulu.”ia mengedipkan matanya padaku.
   Duh, salah ngomong aku. Sial sial sial....... lagian kenapa aku ngomong seperti itu? Kan, jadi salah pengertian dianya. Hah, kege-eranlah dia. Huahh... mulut, mulut, kenapa kau berbicara seperti itu?
   “Oh ya, yang nanti pulangnya bareng aku juga yah..” teriaknya dari jauh.
   Tidak sampai 5 detik ia berteriak, kini mulai lagi banyak para perempuan yang menatapku dengan tatapan tajam, lebih tajam dari pada pisau. Huh, dasar Daniel pembuat masalah, umpatku.
***

DANIEL
    Hahh, akhirnya selesai juga dosen cerewet itu mengoceh. Saatnya menjemput ayang-ayangku. Hihihi. Baru 2 jam berlalu, tapi kenapa aku sudah rindu ya kepada Kiara? Hahh, aku ini kenapa, sih? Kenapa aku memikirkan Kiara terus? Mungkinkah aku jatuh cinta? Hah, tidak-tidak. Ini terlalu cepat kurasa untuk jatuh cinta. Uh, dari pada memikirkan hal-hal aneh, lebih baik aku segera mejemputnya sekarang. Yah, jaga-jaga’lah siapa tahu nanti dia kabur. Hiii.
    Selang beberapa menit aku berjalan, aku sudah tiba di kelas Kiara dan aku menemukan dia tengah duduk sendirian. Kelasnya telah sepi. Hmm, mungkinkah dia menunggu’ku?
    “Hey, ayo kita pulang” ajak’ku kepadanya.
    “Eh, lo udah dateng?” tanyanya
    “Emangnya kamu gak liat aku dateng yah, yang?” aku cemberut.
    “Mmm, enggak. Sorry ya.” Eh tumben dia minta maaf. Dia tidak lagi kemasukan setan kampus’kan?
    “Yang, kamu gak kenapa-kenapa’kan?” tanyaku curiga.
    “Nggak kok. Btw pulang sekarang yuk. Gue pusing plus mual banget nih” ia berucap lemah sambil tersenyum. Senyum yang sangat dipaksakan.
    “Pusing ya? Ke rumah sakit aja yuk? Aku takutnya kamu kenapa-kenapa lagi.” Ucapku khawatir.
    “Eh?” ia kelihatan bingung.
    “Iya, kita ke rumah sakit. Aku takutnya terjadi apa-apa lagi sama kamu.” Ia hanya mengangguk mendengar ucapan’ku.
AUTHOR
   Perjalanan menuju rumah sakit dilalui dengan keheningan. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan. Hingga tak berapa lama kemudian mereka sampai di rumah sakit yang mereka tuju.
   “Yang, udah sampai nih. Turun yuk” kata Daniel. Kiara hanya menganggukkan kepalanya sambil keluar dari mobil.
   Mereka berjalan berdampingan menuju ruang periksa yang ditunjukan oleh suster yang mereka temui.
   “Tok tok tok”
   “Masuk!” sahut suara merdu dari dalam ruangan. Mendengar suara tersebut, Daniel dan Kiara langsung masuk ke ruangan tersebut.
   “Siapa yang mau periksa?” tanya dokter perempuan tersebut dengan ramah.
   “Dia dok.” Daniel menunjuk Kiara
    “Kalau boleh tahu, mbak ini kenapa?” tanya sang dokter.
    “Gak tau deh dok, saya hampir 2 bulan ini suka muntah-muntah dan pusing.” Jawab Kiara.
    “Hmm, kalau gitu kita USG aja ya.”
    “Untuk apa dok?” tanya Kiara dan Daniel heran.
    “Untuk memastikan.” Dokter itu berucap misterius. Daniel dan Kiara yang tak mengerti maksud dokter tersebut hanya diam dan mengangguk.

Tak lama kemudian dokter tersebut menunjukkan gambar yang ada di layar untuk USG.
      “Kalian lihat itu?” tanya dokter tersebut.
      “Lihat, dok. Memangnya itu apa?” tanya Daniel penasaran. Dokter tersebut tersenyum sambil berkata “Selamat ya, sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua”

Dug!
Pernyataan dokter tersebut membuat Daniel dan Kiara pucat pasi, seolah mereka kehilangan banyak darah.
     Dengan wajah yang masih sedikit pucat, Daniel dan Kiara mengucapkan terima kasih kepada dokter tersebut.
     “Oh ya, tolong ya pak diperhatikan pola makan ibunya. Jangan lupa berikan vitamin dan susu untuk ibu hamil. Dan untuk bundanya jangan terlalu kecapekan dan stress, karena itu bisa mengakibatkan keguguran pada janin.” Ucap dokter tersebut dengan senyumnya. Nasihat dokter tersebut hanya di jawab dengan anggukan oleh Daniel dan Kiara.
***

    Setelah keluar dari ruang periksa, mereka berdua hanya terdiam hingga Kiara membuka suara.
   “Dan, gue ke toilet bentar ya” kata Kiara.
   “Ya udah, aku tunggu disini” jawab Daniel kaku.

  Saat Kiara hendak masuk ke toilet, ia melihat ayahnya bersama wanita hamil sedang bercanda ria.

Dug! 

________________________________
Hmm, gimana ya reaksi Kiara saat melihat ayahnya bersama wanita hamil? pantengin terus ya SISTtONS^^ kalau bisa vote dan komennya  ya. hehee ^^

Should I Say Thanks to One Night Stand? Part 2 - Pria Beraroma Mint itu.. Dia..




KIARA
   Yang pertama kali aku tanyakan saat aku bangun adalah ‘dimana aku sekarang?’ dan well, pertanyaan itu terjawab saat aku mulai mengingat kejadian semalam. Wajahku memanas ketika  mengingat pria beraroma mint itu, mengingat betapa bergairahnya dia diatasku, mengingat betapa lembutnya perlakuannya saat mengambil kegadisanku. Ah, lama lama aku bisa gila karena pria itu>.< . Hmm, ngomong-ngomong aku belum sempat melihat pria beraroma mint itu, kira-kira bagaimana ya wajahnya? Tampan tidak ya? Semoga saja tampan. hihihi.
   Saat aku ingin membalikkan badan untuk melihat pria beraroma mint itu, tiba-tiba saja dia sudah memberiku ciuman ditengkukku. Zzzz, membuatku merinding saja.
   “Kamu sudah bangun, sayang?” suaranya maskulin dan berat, khas orang bangun tidur. Tunggu dulu, sepertinya aku familiar dengan suara itu, tapi siapa? Ah, jangan-jangan...
Dug..
Jantungku mulai berdebar, sangat kencang dan tak terkendali.
   Dengan gerakan slow motion aku menolehkan kepalaku ke sumber suara. Dan... ternyata itu ...... dia..
  “HEH NGAPAIN LU DISINI DANIEL NUGRAHA? PLAYBOY CAP SENDAL JEPIT BULUK, MUSUH BEBUYUTAN GUA! NGAPAIN LU PELUK-PELUK GUA HAH? LAH, BAJU LU MANA? PERGI LU JANGAN DEKET DEKET GUA! MAMA PAPA.. ENYAK BABE.. TOLONGIN AKU... AKU GAK SUDI DEKET-DEKET SAMA PLAYBOY CAP SANDAL JEPIT BULUK KAYAK DIA.. HUAAAAAAAAAAAAAAA” aku berteriak histeris saat melihat Daniel, si playboy kampus berwajah dewa Yunani yang sedang memelukku, tanpa baju pula. Hahh! Tubuhnya sixpack sekali, duh duh duh, bikin jantungku dag dig dug saja.. huahhh oma opa tolongin Kiaraaaa.
  “Wow wow wow, kalau nanya satu-satu dong, sayang. Aku bingung nih mau jawab yang mana.” Ujarnya sambil menutup telinga.
  “ELAH REMPONG AMAT! TINGGAL JAWAB SATU-SATU JUGA!” jawabku dengan masih berteriak. Hah, aku masih syoklah, tiba-tiba ada Daniel dung dung*alah bahasa apaan sih* dengan tanpa baju sedang memelukku.
  “Oke, aku jawab yah sayang. Pertama..” belum ia menyelsaikan kalimatnya, sudah aku potong, “Heh, jangan panggil gue sayang sayang, emang sayang pala lu peang ape!” aku menoyor kepalanya dan toyoranku sukses membuatnya mengaduh kesakitan.
  “Yang, kamu kok tega sih” nadanya merajuk diikuti wajah tampannya yang cemberut. Duh imutnya, aku pasti kesengsem deh kalau nggak lagi dalam posisi begini.
  “Hah, sebodolah. Peduli amat gua sama lu. Cepet jawab pertanyaan gue tadi.” jawabku dengan nada ketus. Sebenernya gak pengen ketus sih, cuma ya tengsin’lah ya kalau dibaik-baik’in. Nanti malah ngelunjak lagi.
  “Huh, yaudah deh, yang pertama.. aku disini karena tadi malam kita berindehoy ria” ia mengedipkan matanya padaku. Ish, ganjen banget sih, umpatku dalam hati, hmm tapi membuatku merona juga sih hehe dan oops, sepertinya aku baru inget kalau tadi malem aku berindehoy ria, tapi eh, jangan-jangan tadi malem aku berindehoy sama dia? Aduhduhduhduh... gimana ini kalau itu emang bener? Masa sih dia yang jadi pria beraroma mint itu? Huahhh, nggak relaaaaaaa. ”Dan namaku itu Daniel Nugraha, cuma Daniel Nugraha tanpa embel-embel playboy cap jepit buluk... dan musuh bebuyutan.” Lanjutnya sembari mengerucutkan bibirnya.

***
DANIEL
   Aku berusaha menahan tawaku agar tidak pecah saat melihat wajahnya merona. Ish, ternyata iya unyuh juga yah, bikin aku pengen nyubit pipinya sekaligus cium bibirnya. Ihhh, kenapa sih aku ini? Kok jadi mesum gini seh? Huh!
  “Yang kedua,.. kalau kamu tanya kenapa aku peluk-peluk kamu, jawabannya adalah karena aku masih pengen berindehoy ria lagi kayak tadi malem. Hihiwww” aku kembali mengedipkan mataku kepadanya. Dan kali ini aku mendapatkan toyoran kedua darinya. Ish, gak tau apa dia kalau toyoran dia itu sakit, gerutuku.
  “Dan bajuku.. aku nggak tau, yang. Bukannya kamu ya yang bukain bajuku tadi malem.” Jawabku polos. Hah, lagi-lagi wajahnya merona mendengar jawabanku. Ish, lama-lama kalau begini terus bibirku bisa nyosor tuh ke muka dia.
Flashback_
   Saat itu, aku tengah menunggu teman-temanku di salah satu kelab paling besar dikotaku. Dan aku melihat Kiara yang sedang meneguk wine—yang entah keberapa yang telah ia teguk. Ia sungguh kelihatan mabuk dan... menggairahkan... dengan hanya menggunakan kemeja dan hot pants berwarna hitam. Ah, warna hitam, warna kesukaanku.
   Segera saja aku hampiri dia saat dia hendak berdiri dari tempat duduknya. Ku lingkarkan lenganku di pinggangnya, ku pandangi seluruh wajahnya, hingga aku menemukan benda pink mungil yang kelihatan sangat lezat. Ya! Bibirnya! Oh, aku sudah tidak sanggup menahan gairahku saat melihat bibir pink mungilnya.
  Segera saja ku kecup bibir mungil itu. Pertama-tama ia tidak membalas, tapi beberapa saat kemudian ia membalas ciumanku. Bayangkan! Seorang Kiara Ballerina Suryadharma membalas ciumanku! Hey, kalian harus tahu, walaupun di kampus dia terkenal karena keramahannya, tetapi itu semua tidak berlaku padaku. Entah kenapa ia begitu cuek padaku, terkesan sangat tidak peduli. Huh, dasar wanita, sungguh membingungkan!
   Oke, balik ke topik awal, kecupan-kecupanku yang awalnya hanya kecil-kecilan, kini berubah menjadi sangat panas dan... menggairahkan.
   Aku yang sudah tidak tahan hanya dengan ciuman saja langsung membawanya ke hotel terdekat.
   Sesampainya disana, aku kembali menghujaminya dengan ciuman-ciuman yang memabukkan, panas dan menggairahkan.
  Satu persatu mulai kutanggalkan pakaiannya hingga terpampanglah tubuh telanjangnya dihadapanku. “Kamu sungguh indah, sayang” pujiku saat melihat keseluruhan tubuhnya.
  “Terima kasih, kamu juga sangat tampan.” ia balas memujiku. Ah, senangnya dapat pujian darinya, hihihihi. Tapi dia sadar gak ya kalau yang dia puji itu aku? Hmm, sebodolah. Yang penting dia muji aku. Yeay!!
  Aku mulai lagi menghujaminya dengan ciuman panas setelah percakapan singkat kami, aku dan Kiara. Tanganku mulai ikut beraksi dengan meremas payudaranya sambil memainkan kedua putingnya.
   “Arghhh” erangnya. Awh! Erangannya begitu indah dan.... seksi.
   “Bagaimana rasanya, sayang? Hikmat, hum?” tanyaku disela-sela ciuman panas kami. Ia hanya menjawab pertanyaanku dengan anggukan.
 Ia kini menarik kepalaku agar lebih mendekat padanya dan aku terkekeh melihat perlakuannya.
  “Tenang sayang, akan ada yang lebih fantastis dari pada ini.” Aku mengeringai.
  Tanpa babibu, langsung saja ku buka pakaianku—sebernarnya dibantu dia juga sih, dan ku tindih dia. Oh, juniorku sudah sangat keras.
  “Sayang, mungkin ini akan terasa sakit pada awalnya. Tapi kamu jangan khawatir, sakitnya hanya sebentar, lalu kamu akan merasakan nikmat. Percaya padaku” kubisikkan kata-kata itu agar ia tidak kaget jika merasa sakit akibat selaput daranya ‘ku robek. Dan lagi-lagi ia hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Oh, gadisku, sepertinya setelah ini aku tidak akan melepasmu lagi, ucapku dalam hati.
   Perlahan tapi pasti, aku mulai menggesekkan kejantananku ke tubuhnya. Shit! ia sangat sempit sekali. Berbeda dengan wanita yang biasa kutiduri.
   Kuhujamkan kejantananku dengan sekali hentakan yang keras dan ku dengar suara rintihan dari bibir seksinya. Ingin rasanya aku berhenti, tapi apa daya sudah kepalang tanggung, tinggal sedikit lagi kesakitan yang ia rasakan berakhir dan berubah menjadi erangan nikmat.
   “Tenang sayang, sebentar lagi rasa sakit itu akan berubah menjadi nikmat.” Bisikku. Kucium bibirnya untuk menenangkan sekaligus meredam suara teriakan kesakitannya, karena aku sungguh tak tega mendengar teriakan kesakitannya yang membuat hatiku teriris, membuatku merasa menjadi pria yang paling jahat.
   Tak lama kemudian rintihannya berubah menjadi erangan. Kini, tangannya pun mulai bergelirya di tubuhku, menarik kepalaku agar lebih dekat dengannya.
   “Argghh tampan, sebentar lagi aku akan datangg” erangnya sembari meremas rambutku, menahan rasa nikmat yang hampir di puncak.
   “Aku juga, sayang. Sebentar lagi, tunggu aku, kita akan datang bersama-sama” Kamipun datang bersama, ku semprotkan benihku ke dalam rahimnya. Ah shit! Tubuhnya membuatku ketagihan.
   Malam itu kami melakukannya hingga tiga kali, membuat malam yang dingin menjadi malam paling panas dalam sejarah hidupku dan dia.

Flashback end_

                                           
  “Oh, eh.. hmm.. Yaudahlah... sekarang aku mau mandi dulu.” Ia mengibaskan tangannya dengan gugup.

   Iseng-iseng aku bertanya kepadanya. “Yang, mau mandi bareng gak? Biar cepet gitu” aku mengedipkan mataku untuk ketiga kalinya. Dan aku berhasil mendapatkan pelototan darinya. Hah, dia kalau lagi melotot lucu sekali, ingin rasanya menariknya ke ranjang dan mengulang lagi percintaan panas kami tadi malam. :p 

Kamis, 20 Juni 2013

Angry Bird

I just trying to make a angry bird pict... hope you like it and  please don't copy without permission ^^


Jumat, 07 Juni 2013

Dialog Gaje


Ini cuma dialog gaje yang aku buat sama temenku disekolah. Jadi kalau gak keren jangan marah yaV

_______________________

Saat itu gue lagi liat video EXO M yang judulnya What Is Love yg dinyanyikan sama Chen dan Luhan. Tiba-tiba dateng temen gue yang namanya Atika.

"Cha lu lagi ngape?" tanya si Atika. Sumpah padahal dia liat gue lagi nonton video What Is Love, eh masih nanya. Bikin gondok aje.-_-

"Lu gak punya mata ape? Kok masih nanya!" jawab gue sewot. Yang di sewotin malah cengar-cengir aja sambil bilang " Ni Cha mata gue, nih" Dia nunjukin matanya  didepan mata gue sambil cengar-cengir gaje.

 "Ebuset itu mata apa jengkol, kok gede amat?" gue nanya pake tampang polos, sumpah polos banget. Lebih polos dari anak yang baru dilahirin-_- , yang ini gue boong ya. wkwkwk.

"Heh, apa lu bilang?" Dia melotot ke gue. Hii sumpah serem banget.

"Hah enggak kok enggak, ehehehe" sekarang giliran gue yang cengar-cengir gaje. Dia gak jawab.

1 menit.
2 menit.
3 menit.
4 menit.
5 menit.

Masih sunyi. Beneran deh, gue orang yang paling gak tahan sama kesunyian, jadi gue coba membuka percakapan.

"Atikaaaa" gue nyapa dia pake gaya Afika. Yang di sapa cuma ngejawab gue dengan 'hmm?'

"Tika ngomong dong, sepi nih kalau lu diem" gue memelas.

"Tadi lu ngehina gue" dia ngambek

"Kan tadi Tik, bukan sekarang. Jadi, senyum dongg,, ntar si Ryeowook makin cinta sama gue(?)" eh? Sekedar inpow aja ya, si Atika tuh nge'fans gila sama bang Ryeowook.

"Tuh kan elu ngambil punya gue lagi." Yah yah yah dia tambah ngambek.

"Abisnya elu sih diem ajaa, gue kan jadi kesepian." ucap gue dengan nada sedih. Eh tapi beneran loh nada yang gue keluarin itu sedih banget.

"Sebodolah" katanya. Hiks, kayaknya dia gak terpengaruh deh sama suara sedih gue, hueeeeeeeeehh tambah sedih/ :(

"Yah Tika, jangan gitu dong, ish iya deh iya Ryeowook buat lu, tapi jangan ngambek ya." akhirnya ngalah juga gue.

"Gitu kek dari tadi" katanya sumringah. Hih, ternyata dia kagak bener-bener ngambek.

"Nah, klau gitu nyok kita nonton video What Is Lop" ajak gue

"Yaudah deh dari pada diem aje." jawabnya.


Saat itu kita lagi liatin tu video, trus tiba-tiba dia nanya gini "Eh Cha' yang itu sape?" tanyanya sambil nunjuk Chen.

"Hah, yang mane? Yang mukanya unyuh munyuh apa yang satu lagi?" Ceritanya gue kagak tau nih kalau yang di tunjuk sama si Atika itu Chen.

"Yang itu noh, yang suaranya kayak tikus kejepit pintu" Dia nunjuk pas banget di depan muka si Chen. Yaalloh, ni orang sadis banget.

"Yaolloh, Tik. Kalau omong disaring napa, lagian suara Chen ntu bangus, bukan kek tikus kejepit." Gue geleng-geleng kepala dramatis.

"Ye suka-suka gue dong, mulut mulut gue" jawabnya. hoahh ni orang pengen ditabok banget.

###@@@*****************


Hah sekianlah dialog gaje saya bersama teman saya. Maaf kalau kurang keren. Muehehhee. *senyum pepsoden sambil berpelukan ala teltubis bareng Atika* -_-


Should I Say Thanks to One Night Stand? Part 1 - Pria Beraroma Mint



Maaf kalau terlalu dikit :(
___________________________
KIARA                     
PRANGGG!!!!!
   Lagi lagi suara itu yang kudengar. Suara pecahan benda akibat pertengkaran mama dan papa. Suara yang amat menyakitkan bagiku, dimana aku harus mendengar pertengkaran mama dan papa yang tak ada habisnya.
   Seringkali aku bertanya pada Tuhan apa salahku, kenapa Tuhan memberi cobaan yang sangat berat padaku. Walaupun aku tahu bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan yang tidak sesuai dengan kemampuan makhluknya. Tapi ini sudah berlangsung 13 tahun lamanya. TIGA BELAS TAHUN!!! 
   Ya! Dari umur 9 tahun aku sudah mendengar mama dan papa bertengkar, mengeluarkan berbagai sumpah serapah yang seharusnya tak ku dengar. Di umur sekecil itu, aku dituntut untuk  mencoba mengerti mereka, mengerti tentang hubungan mereka yang kacau balau. Walau begitu, aku tak pernah menjadi anak yang pembangkan, yang mencari perhatian kedua orang tuanya dengan cara-cara  yang tidak baik. Aku malah melakukan sebaliknya, aku mencoba menarik perhatian kedua orang tuaku dengan prestasiku, sikap baikku, dengan doaku yang selalu menyertai mereka. Tapi semua itu hanya mereka anggap angin lalu. Semua rencanaku untuk membuat mereka memperhatikanku sia-sia.
   Arghhhh!!! Sepertinya kesabaranku menghadapi mereka sudah habis. Sekarang aku sudah tidak sanggup mendengar pertengkaran mereka lagi, sumpah serapah mereka lagi. Saat ini yang aku butuhkan adalah pelampiasan. Ya, pelampiasan!
   Segera saja aku menuruni tangga, melewati kedua orang tuaku yang masih bertengkar. Aku memacu mobilku ke salah satu kelab malam yang paling besar di kotaku.
********************
    Sesampainya disana, terdengar hingar bingar musik yang memekakkan telinga. Tapi, sekarang aku tidak peduli lagi, persetan dengan suara-suara bising itu. 
   Kulanjutkan langkahku menuju meja bar, dan memesan wine pada bartender. Entah sudah berapa wine yang kuteguk, aku tak peduli. Kepalaku terasa sangat pusing, kuputuskan untuk pulang, tetapi bukan pulang ke rumah tentunya. Mataku berkunang-kunang saat aku mencoba berdiri dari tempat dudukku, dan disaat itu pula sudah ada lengan pria yang melingkar di pinggangku. Hmmm,, pria itu beraroma mint, bau yang menenangkan. Tapi bau ini sangat familiar di hidungku, pikirku. 
    Karena asyik dengan pikiranku, tak terasa pria beraroma mint itu telah mengecup kecil bibirku. Aku tertegun, tapi kemudian aku membalas ciumannya. Kecupan-kecupannya yang mula-mula kecil, kini berubah menjadi ciuman yang sangat panas dan menggairahkan.
******
   Kami berciuman sangat lama hingga tak terasa sudah sampai di kamar hotel yang pria itu pesan. Ia mulai lagi menghujamiku dengan ciuman-ciumannya yang memabukkan, terasa panas, dan menggairahkan. Tangannya menggerayai tubuhku, menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah aku rasakan, perasaan yang seolah menginginkan lebih dari hanya ciuman dan rabaan. 
   Satu persatu pakaianku mulai ditanggalkannya hingga terpampanglah tubuh telanjangku dihadapannya. Sungguh aku malu sebenarnya memperlihatkan tubuhku padanya, tapi tak apalah, toh dia hanya pasangan one night standku saja. Tidak mungkin aku bertemu lagi bersamanya, kalaupun bertemu itu palingan hanya kebetulan saja dan bisa aku jamin ia tidak akan ingat denganku.
  “Kau sungguh indah, sayang” pujinya saat melihat tubuh telanjangku.
  “Terima kasih, kau juga sangat tampan.” Aku balas memujinya, padahal aku kurang begitu jelas melihat wajahnya dikarenakan pengaruh alkohol. Tapi tak apalah, dia sepertinya memang tampan.
   Ia mulai lagi menghujamiku ciuman panas setelah percakapan singkat kami.
  "Arghhh" erangku saat ia mulai meremas payudaraku.
  “Bagaimana rasanya, sayang? Nikmat, hum?” tanyanya disela-sela ciuman panas kami. Pertanyaan itu hanya kujawab dengan anggukan kecil sambil terus menarik kepalanya agar lebih mendekat padaku.

  "Tenang sayang, akan ada yang lebih fantastis dari pada ini." Ia menyeringai. Ah, tunggu-tunggu. Sepertinya aku pernah melihat seringaian itu, tapi dimana?  Hah! Peduli apa aku? Saat ini biarkan aku menikmati keindahan surga duniawi.... bersama..... pria beraroma mint itu.

Kamis, 06 Juni 2013

Sinopsis Should I Say Thanks to One Night Stand?



Kiara Ballerina Suryadharma. Dia bukan seorang balerina, melainkan mahasiswa tingkat akhir disebuah universitas ternama di kotanya. Kiara termasuk anak yang cantik, supel, ramah, ceria dan pintar. Tapi siapa tahu dibalik sifat cerianya ia menyimpan kepedihan yang amat sangat.. Kepedihan yang mendorongnya untuk mencari random guy untuk melampiaskannya... Hingga ia terjerumus dalam hubungan one night stand dengan pria yang amat sangat dibencinya..