Senin, 24 Juni 2013

Should I Say Thanks to One Night Stand? Part 2 - Pria Beraroma Mint itu.. Dia..




KIARA
   Yang pertama kali aku tanyakan saat aku bangun adalah ‘dimana aku sekarang?’ dan well, pertanyaan itu terjawab saat aku mulai mengingat kejadian semalam. Wajahku memanas ketika  mengingat pria beraroma mint itu, mengingat betapa bergairahnya dia diatasku, mengingat betapa lembutnya perlakuannya saat mengambil kegadisanku. Ah, lama lama aku bisa gila karena pria itu>.< . Hmm, ngomong-ngomong aku belum sempat melihat pria beraroma mint itu, kira-kira bagaimana ya wajahnya? Tampan tidak ya? Semoga saja tampan. hihihi.
   Saat aku ingin membalikkan badan untuk melihat pria beraroma mint itu, tiba-tiba saja dia sudah memberiku ciuman ditengkukku. Zzzz, membuatku merinding saja.
   “Kamu sudah bangun, sayang?” suaranya maskulin dan berat, khas orang bangun tidur. Tunggu dulu, sepertinya aku familiar dengan suara itu, tapi siapa? Ah, jangan-jangan...
Dug..
Jantungku mulai berdebar, sangat kencang dan tak terkendali.
   Dengan gerakan slow motion aku menolehkan kepalaku ke sumber suara. Dan... ternyata itu ...... dia..
  “HEH NGAPAIN LU DISINI DANIEL NUGRAHA? PLAYBOY CAP SENDAL JEPIT BULUK, MUSUH BEBUYUTAN GUA! NGAPAIN LU PELUK-PELUK GUA HAH? LAH, BAJU LU MANA? PERGI LU JANGAN DEKET DEKET GUA! MAMA PAPA.. ENYAK BABE.. TOLONGIN AKU... AKU GAK SUDI DEKET-DEKET SAMA PLAYBOY CAP SANDAL JEPIT BULUK KAYAK DIA.. HUAAAAAAAAAAAAAAA” aku berteriak histeris saat melihat Daniel, si playboy kampus berwajah dewa Yunani yang sedang memelukku, tanpa baju pula. Hahh! Tubuhnya sixpack sekali, duh duh duh, bikin jantungku dag dig dug saja.. huahhh oma opa tolongin Kiaraaaa.
  “Wow wow wow, kalau nanya satu-satu dong, sayang. Aku bingung nih mau jawab yang mana.” Ujarnya sambil menutup telinga.
  “ELAH REMPONG AMAT! TINGGAL JAWAB SATU-SATU JUGA!” jawabku dengan masih berteriak. Hah, aku masih syoklah, tiba-tiba ada Daniel dung dung*alah bahasa apaan sih* dengan tanpa baju sedang memelukku.
  “Oke, aku jawab yah sayang. Pertama..” belum ia menyelsaikan kalimatnya, sudah aku potong, “Heh, jangan panggil gue sayang sayang, emang sayang pala lu peang ape!” aku menoyor kepalanya dan toyoranku sukses membuatnya mengaduh kesakitan.
  “Yang, kamu kok tega sih” nadanya merajuk diikuti wajah tampannya yang cemberut. Duh imutnya, aku pasti kesengsem deh kalau nggak lagi dalam posisi begini.
  “Hah, sebodolah. Peduli amat gua sama lu. Cepet jawab pertanyaan gue tadi.” jawabku dengan nada ketus. Sebenernya gak pengen ketus sih, cuma ya tengsin’lah ya kalau dibaik-baik’in. Nanti malah ngelunjak lagi.
  “Huh, yaudah deh, yang pertama.. aku disini karena tadi malam kita berindehoy ria” ia mengedipkan matanya padaku. Ish, ganjen banget sih, umpatku dalam hati, hmm tapi membuatku merona juga sih hehe dan oops, sepertinya aku baru inget kalau tadi malem aku berindehoy ria, tapi eh, jangan-jangan tadi malem aku berindehoy sama dia? Aduhduhduhduh... gimana ini kalau itu emang bener? Masa sih dia yang jadi pria beraroma mint itu? Huahhh, nggak relaaaaaaa. ”Dan namaku itu Daniel Nugraha, cuma Daniel Nugraha tanpa embel-embel playboy cap jepit buluk... dan musuh bebuyutan.” Lanjutnya sembari mengerucutkan bibirnya.

***
DANIEL
   Aku berusaha menahan tawaku agar tidak pecah saat melihat wajahnya merona. Ish, ternyata iya unyuh juga yah, bikin aku pengen nyubit pipinya sekaligus cium bibirnya. Ihhh, kenapa sih aku ini? Kok jadi mesum gini seh? Huh!
  “Yang kedua,.. kalau kamu tanya kenapa aku peluk-peluk kamu, jawabannya adalah karena aku masih pengen berindehoy ria lagi kayak tadi malem. Hihiwww” aku kembali mengedipkan mataku kepadanya. Dan kali ini aku mendapatkan toyoran kedua darinya. Ish, gak tau apa dia kalau toyoran dia itu sakit, gerutuku.
  “Dan bajuku.. aku nggak tau, yang. Bukannya kamu ya yang bukain bajuku tadi malem.” Jawabku polos. Hah, lagi-lagi wajahnya merona mendengar jawabanku. Ish, lama-lama kalau begini terus bibirku bisa nyosor tuh ke muka dia.
Flashback_
   Saat itu, aku tengah menunggu teman-temanku di salah satu kelab paling besar dikotaku. Dan aku melihat Kiara yang sedang meneguk wine—yang entah keberapa yang telah ia teguk. Ia sungguh kelihatan mabuk dan... menggairahkan... dengan hanya menggunakan kemeja dan hot pants berwarna hitam. Ah, warna hitam, warna kesukaanku.
   Segera saja aku hampiri dia saat dia hendak berdiri dari tempat duduknya. Ku lingkarkan lenganku di pinggangnya, ku pandangi seluruh wajahnya, hingga aku menemukan benda pink mungil yang kelihatan sangat lezat. Ya! Bibirnya! Oh, aku sudah tidak sanggup menahan gairahku saat melihat bibir pink mungilnya.
  Segera saja ku kecup bibir mungil itu. Pertama-tama ia tidak membalas, tapi beberapa saat kemudian ia membalas ciumanku. Bayangkan! Seorang Kiara Ballerina Suryadharma membalas ciumanku! Hey, kalian harus tahu, walaupun di kampus dia terkenal karena keramahannya, tetapi itu semua tidak berlaku padaku. Entah kenapa ia begitu cuek padaku, terkesan sangat tidak peduli. Huh, dasar wanita, sungguh membingungkan!
   Oke, balik ke topik awal, kecupan-kecupanku yang awalnya hanya kecil-kecilan, kini berubah menjadi sangat panas dan... menggairahkan.
   Aku yang sudah tidak tahan hanya dengan ciuman saja langsung membawanya ke hotel terdekat.
   Sesampainya disana, aku kembali menghujaminya dengan ciuman-ciuman yang memabukkan, panas dan menggairahkan.
  Satu persatu mulai kutanggalkan pakaiannya hingga terpampanglah tubuh telanjangnya dihadapanku. “Kamu sungguh indah, sayang” pujiku saat melihat keseluruhan tubuhnya.
  “Terima kasih, kamu juga sangat tampan.” ia balas memujiku. Ah, senangnya dapat pujian darinya, hihihihi. Tapi dia sadar gak ya kalau yang dia puji itu aku? Hmm, sebodolah. Yang penting dia muji aku. Yeay!!
  Aku mulai lagi menghujaminya dengan ciuman panas setelah percakapan singkat kami, aku dan Kiara. Tanganku mulai ikut beraksi dengan meremas payudaranya sambil memainkan kedua putingnya.
   “Arghhh” erangnya. Awh! Erangannya begitu indah dan.... seksi.
   “Bagaimana rasanya, sayang? Hikmat, hum?” tanyaku disela-sela ciuman panas kami. Ia hanya menjawab pertanyaanku dengan anggukan.
 Ia kini menarik kepalaku agar lebih mendekat padanya dan aku terkekeh melihat perlakuannya.
  “Tenang sayang, akan ada yang lebih fantastis dari pada ini.” Aku mengeringai.
  Tanpa babibu, langsung saja ku buka pakaianku—sebernarnya dibantu dia juga sih, dan ku tindih dia. Oh, juniorku sudah sangat keras.
  “Sayang, mungkin ini akan terasa sakit pada awalnya. Tapi kamu jangan khawatir, sakitnya hanya sebentar, lalu kamu akan merasakan nikmat. Percaya padaku” kubisikkan kata-kata itu agar ia tidak kaget jika merasa sakit akibat selaput daranya ‘ku robek. Dan lagi-lagi ia hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Oh, gadisku, sepertinya setelah ini aku tidak akan melepasmu lagi, ucapku dalam hati.
   Perlahan tapi pasti, aku mulai menggesekkan kejantananku ke tubuhnya. Shit! ia sangat sempit sekali. Berbeda dengan wanita yang biasa kutiduri.
   Kuhujamkan kejantananku dengan sekali hentakan yang keras dan ku dengar suara rintihan dari bibir seksinya. Ingin rasanya aku berhenti, tapi apa daya sudah kepalang tanggung, tinggal sedikit lagi kesakitan yang ia rasakan berakhir dan berubah menjadi erangan nikmat.
   “Tenang sayang, sebentar lagi rasa sakit itu akan berubah menjadi nikmat.” Bisikku. Kucium bibirnya untuk menenangkan sekaligus meredam suara teriakan kesakitannya, karena aku sungguh tak tega mendengar teriakan kesakitannya yang membuat hatiku teriris, membuatku merasa menjadi pria yang paling jahat.
   Tak lama kemudian rintihannya berubah menjadi erangan. Kini, tangannya pun mulai bergelirya di tubuhku, menarik kepalaku agar lebih dekat dengannya.
   “Argghh tampan, sebentar lagi aku akan datangg” erangnya sembari meremas rambutku, menahan rasa nikmat yang hampir di puncak.
   “Aku juga, sayang. Sebentar lagi, tunggu aku, kita akan datang bersama-sama” Kamipun datang bersama, ku semprotkan benihku ke dalam rahimnya. Ah shit! Tubuhnya membuatku ketagihan.
   Malam itu kami melakukannya hingga tiga kali, membuat malam yang dingin menjadi malam paling panas dalam sejarah hidupku dan dia.

Flashback end_

                                           
  “Oh, eh.. hmm.. Yaudahlah... sekarang aku mau mandi dulu.” Ia mengibaskan tangannya dengan gugup.

   Iseng-iseng aku bertanya kepadanya. “Yang, mau mandi bareng gak? Biar cepet gitu” aku mengedipkan mataku untuk ketiga kalinya. Dan aku berhasil mendapatkan pelototan darinya. Hah, dia kalau lagi melotot lucu sekali, ingin rasanya menariknya ke ranjang dan mengulang lagi percintaan panas kami tadi malam. :p 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar