Yang pertama kali aku tanyakan saat aku
bangun adalah ‘dimana aku sekarang?’ dan well, pertanyaan itu terjawab
saat aku mulai mengingat kejadian semalam. Wajahku memanas ketika mengingat pria beraroma mint itu, mengingat
betapa bergairahnya dia diatasku, mengingat betapa lembutnya perlakuannya saat
mengambil kegadisanku. Ah, lama lama aku bisa gila karena pria itu>.< .
Hmm, ngomong-ngomong aku belum sempat melihat pria beraroma mint itu, kira-kira
bagaimana ya wajahnya? Tampan tidak ya? Semoga saja tampan. hihihi.
Saat aku ingin membalikkan badan untuk
melihat pria beraroma mint itu, tiba-tiba saja dia sudah memberiku ciuman
ditengkukku. Zzzz, membuatku merinding saja.
“Kamu sudah bangun, sayang?” suaranya
maskulin dan berat, khas orang bangun tidur. Tunggu dulu, sepertinya aku
familiar dengan suara itu, tapi siapa? Ah, jangan-jangan...
Dug..
Jantungku
mulai berdebar, sangat kencang dan tak terkendali.
Dengan gerakan slow motion aku
menolehkan kepalaku ke sumber suara. Dan... ternyata itu ...... dia..
“HEH NGAPAIN LU DISINI DANIEL NUGRAHA?
PLAYBOY CAP SENDAL JEPIT BULUK, MUSUH BEBUYUTAN GUA! NGAPAIN LU PELUK-PELUK GUA
HAH? LAH, BAJU LU MANA? PERGI LU JANGAN DEKET DEKET GUA! MAMA PAPA.. ENYAK
BABE.. TOLONGIN AKU... AKU GAK SUDI DEKET-DEKET SAMA PLAYBOY CAP SANDAL JEPIT
BULUK KAYAK DIA.. HUAAAAAAAAAAAAAAA” aku berteriak histeris saat melihat
Daniel, si playboy kampus berwajah dewa Yunani yang sedang memelukku, tanpa
baju pula. Hahh! Tubuhnya sixpack sekali, duh duh duh, bikin jantungku
dag dig dug saja.. huahhh oma opa tolongin Kiaraaaa.
“Wow wow wow, kalau nanya satu-satu dong,
sayang. Aku bingung nih mau jawab yang mana.” Ujarnya sambil menutup telinga.
“ELAH REMPONG AMAT! TINGGAL JAWAB SATU-SATU
JUGA!” jawabku dengan masih berteriak. Hah, aku masih syoklah, tiba-tiba ada
Daniel dung dung*alah bahasa apaan sih* dengan tanpa baju sedang memelukku.
“Oke, aku jawab yah sayang. Pertama..” belum
ia menyelsaikan kalimatnya, sudah aku potong, “Heh, jangan panggil gue sayang
sayang, emang sayang pala lu peang ape!” aku menoyor kepalanya dan toyoranku
sukses membuatnya mengaduh kesakitan.
“Yang, kamu kok tega sih” nadanya merajuk
diikuti wajah tampannya yang cemberut. Duh imutnya, aku pasti kesengsem deh
kalau nggak lagi dalam posisi begini.
“Hah, sebodolah. Peduli amat gua sama lu.
Cepet jawab pertanyaan gue tadi.” jawabku dengan nada ketus. Sebenernya gak pengen
ketus sih, cuma ya tengsin’lah ya kalau dibaik-baik’in. Nanti malah ngelunjak
lagi.
“Huh, yaudah deh, yang pertama.. aku disini
karena tadi malam kita berindehoy ria” ia mengedipkan matanya padaku. Ish,
ganjen banget sih, umpatku dalam hati, hmm tapi membuatku merona juga sih hehe
dan oops, sepertinya aku baru inget kalau tadi malem aku berindehoy ria, tapi
eh, jangan-jangan tadi malem aku berindehoy sama dia? Aduhduhduhduh... gimana
ini kalau itu emang bener? Masa sih dia yang jadi pria beraroma mint itu?
Huahhh, nggak relaaaaaaa. ”Dan namaku itu Daniel Nugraha, cuma Daniel Nugraha
tanpa embel-embel playboy cap jepit buluk... dan musuh bebuyutan.” Lanjutnya
sembari mengerucutkan bibirnya.
***
DANIEL
Aku berusaha menahan tawaku agar tidak pecah
saat melihat wajahnya merona. Ish, ternyata iya unyuh juga yah, bikin aku
pengen nyubit pipinya sekaligus cium bibirnya. Ihhh, kenapa sih aku ini? Kok
jadi mesum gini seh? Huh!
“Yang kedua,.. kalau kamu tanya kenapa aku
peluk-peluk kamu, jawabannya adalah karena aku masih pengen berindehoy ria lagi
kayak tadi malem. Hihiwww” aku kembali mengedipkan mataku kepadanya. Dan kali
ini aku mendapatkan toyoran kedua darinya. Ish, gak tau apa dia kalau toyoran
dia itu sakit, gerutuku.
“Dan bajuku.. aku nggak tau, yang. Bukannya
kamu ya yang bukain bajuku tadi malem.” Jawabku polos. Hah, lagi-lagi wajahnya
merona mendengar jawabanku. Ish, lama-lama kalau begini terus bibirku bisa
nyosor tuh ke muka dia.
Flashback_
Saat itu, aku tengah menunggu teman-temanku
di salah satu kelab paling besar dikotaku. Dan aku melihat Kiara yang sedang
meneguk wine—yang entah keberapa yang telah ia teguk. Ia sungguh kelihatan
mabuk dan... menggairahkan... dengan hanya menggunakan kemeja dan hot pants berwarna
hitam. Ah, warna hitam, warna kesukaanku.
Segera saja aku hampiri dia saat dia hendak
berdiri dari tempat duduknya. Ku lingkarkan lenganku di pinggangnya, ku
pandangi seluruh wajahnya, hingga aku menemukan benda pink mungil yang
kelihatan sangat lezat. Ya! Bibirnya! Oh, aku sudah tidak sanggup menahan
gairahku saat melihat bibir pink mungilnya.
Segera saja ku kecup bibir mungil itu.
Pertama-tama ia tidak membalas, tapi beberapa saat kemudian ia membalas
ciumanku. Bayangkan! Seorang Kiara Ballerina Suryadharma membalas ciumanku!
Hey, kalian harus tahu, walaupun di kampus dia terkenal karena keramahannya,
tetapi itu semua tidak berlaku padaku. Entah kenapa ia begitu cuek padaku,
terkesan sangat tidak peduli. Huh, dasar wanita, sungguh membingungkan!
Oke, balik ke topik awal, kecupan-kecupanku
yang awalnya hanya kecil-kecilan, kini berubah menjadi sangat panas dan...
menggairahkan.
Aku yang sudah tidak tahan hanya dengan
ciuman saja langsung membawanya ke hotel terdekat.
Sesampainya disana, aku kembali
menghujaminya dengan ciuman-ciuman yang memabukkan, panas dan menggairahkan.
Satu persatu mulai kutanggalkan pakaiannya
hingga terpampanglah tubuh telanjangnya dihadapanku. “Kamu sungguh indah,
sayang” pujiku saat melihat keseluruhan tubuhnya.
“Terima kasih, kamu juga sangat tampan.” ia
balas memujiku. Ah, senangnya dapat pujian darinya, hihihihi. Tapi dia sadar
gak ya kalau yang dia puji itu aku? Hmm, sebodolah. Yang penting dia muji aku.
Yeay!!
Aku mulai lagi menghujaminya dengan ciuman
panas setelah percakapan singkat kami, aku dan Kiara. Tanganku mulai ikut beraksi
dengan meremas payudaranya sambil memainkan kedua putingnya.
“Arghhh” erangnya. Awh! Erangannya begitu
indah dan.... seksi.
“Bagaimana rasanya, sayang? Hikmat, hum?”
tanyaku disela-sela ciuman panas kami. Ia hanya menjawab pertanyaanku dengan
anggukan.
Ia kini menarik kepalaku agar lebih mendekat
padanya dan aku terkekeh melihat perlakuannya.
“Tenang sayang, akan ada yang lebih fantastis
dari pada ini.” Aku mengeringai.
Tanpa babibu, langsung saja ku buka pakaianku—sebernarnya
dibantu dia juga sih, dan ku tindih dia. Oh, juniorku sudah sangat keras.
“Sayang, mungkin ini akan terasa sakit pada
awalnya. Tapi kamu jangan khawatir, sakitnya hanya sebentar, lalu kamu akan
merasakan nikmat. Percaya padaku” kubisikkan kata-kata itu agar ia tidak kaget
jika merasa sakit akibat selaput daranya ‘ku robek. Dan lagi-lagi ia hanya
mengangguk sambil tersenyum manis. Oh, gadisku, sepertinya setelah ini aku
tidak akan melepasmu lagi, ucapku dalam hati.
Perlahan tapi pasti, aku mulai menggesekkan kejantananku
ke tubuhnya. Shit! ia sangat sempit sekali. Berbeda dengan wanita yang biasa
kutiduri.
Kuhujamkan kejantananku dengan sekali
hentakan yang keras dan ku dengar suara rintihan dari bibir seksinya. Ingin
rasanya aku berhenti, tapi apa daya sudah kepalang tanggung, tinggal sedikit
lagi kesakitan yang ia rasakan berakhir dan berubah menjadi erangan nikmat.
“Tenang sayang, sebentar lagi rasa sakit itu
akan berubah menjadi nikmat.” Bisikku. Kucium bibirnya untuk menenangkan
sekaligus meredam suara teriakan kesakitannya, karena aku sungguh tak tega mendengar
teriakan kesakitannya yang membuat hatiku teriris, membuatku merasa menjadi
pria yang paling jahat.
Tak lama kemudian rintihannya berubah
menjadi erangan. Kini, tangannya pun mulai bergelirya di tubuhku, menarik
kepalaku agar lebih dekat dengannya.
“Argghh tampan, sebentar lagi aku akan
datangg” erangnya sembari meremas rambutku, menahan rasa nikmat yang hampir di
puncak.
“Aku juga, sayang. Sebentar lagi, tunggu
aku, kita akan datang bersama-sama” Kamipun datang bersama, ku semprotkan
benihku ke dalam rahimnya. Ah shit! Tubuhnya membuatku ketagihan.
Malam itu kami melakukannya hingga tiga
kali, membuat malam yang dingin menjadi malam paling panas dalam sejarah
hidupku dan dia.
Flashback
end_
“Oh, eh.. hmm.. Yaudahlah... sekarang aku mau
mandi dulu.” Ia mengibaskan tangannya dengan gugup.
Iseng-iseng aku bertanya kepadanya. “Yang,
mau mandi bareng gak? Biar cepet gitu” aku mengedipkan mataku untuk ketiga
kalinya. Dan aku berhasil mendapatkan pelototan darinya. Hah, dia kalau lagi
melotot lucu sekali, ingin rasanya menariknya ke ranjang dan mengulang lagi
percintaan panas kami tadi malam. :p

Tidak ada komentar:
Posting Komentar