Jumat, 07 Juni 2013

Should I Say Thanks to One Night Stand? Part 1 - Pria Beraroma Mint



Maaf kalau terlalu dikit :(
___________________________
KIARA                     
PRANGGG!!!!!
   Lagi lagi suara itu yang kudengar. Suara pecahan benda akibat pertengkaran mama dan papa. Suara yang amat menyakitkan bagiku, dimana aku harus mendengar pertengkaran mama dan papa yang tak ada habisnya.
   Seringkali aku bertanya pada Tuhan apa salahku, kenapa Tuhan memberi cobaan yang sangat berat padaku. Walaupun aku tahu bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan yang tidak sesuai dengan kemampuan makhluknya. Tapi ini sudah berlangsung 13 tahun lamanya. TIGA BELAS TAHUN!!! 
   Ya! Dari umur 9 tahun aku sudah mendengar mama dan papa bertengkar, mengeluarkan berbagai sumpah serapah yang seharusnya tak ku dengar. Di umur sekecil itu, aku dituntut untuk  mencoba mengerti mereka, mengerti tentang hubungan mereka yang kacau balau. Walau begitu, aku tak pernah menjadi anak yang pembangkan, yang mencari perhatian kedua orang tuanya dengan cara-cara  yang tidak baik. Aku malah melakukan sebaliknya, aku mencoba menarik perhatian kedua orang tuaku dengan prestasiku, sikap baikku, dengan doaku yang selalu menyertai mereka. Tapi semua itu hanya mereka anggap angin lalu. Semua rencanaku untuk membuat mereka memperhatikanku sia-sia.
   Arghhhh!!! Sepertinya kesabaranku menghadapi mereka sudah habis. Sekarang aku sudah tidak sanggup mendengar pertengkaran mereka lagi, sumpah serapah mereka lagi. Saat ini yang aku butuhkan adalah pelampiasan. Ya, pelampiasan!
   Segera saja aku menuruni tangga, melewati kedua orang tuaku yang masih bertengkar. Aku memacu mobilku ke salah satu kelab malam yang paling besar di kotaku.
********************
    Sesampainya disana, terdengar hingar bingar musik yang memekakkan telinga. Tapi, sekarang aku tidak peduli lagi, persetan dengan suara-suara bising itu. 
   Kulanjutkan langkahku menuju meja bar, dan memesan wine pada bartender. Entah sudah berapa wine yang kuteguk, aku tak peduli. Kepalaku terasa sangat pusing, kuputuskan untuk pulang, tetapi bukan pulang ke rumah tentunya. Mataku berkunang-kunang saat aku mencoba berdiri dari tempat dudukku, dan disaat itu pula sudah ada lengan pria yang melingkar di pinggangku. Hmmm,, pria itu beraroma mint, bau yang menenangkan. Tapi bau ini sangat familiar di hidungku, pikirku. 
    Karena asyik dengan pikiranku, tak terasa pria beraroma mint itu telah mengecup kecil bibirku. Aku tertegun, tapi kemudian aku membalas ciumannya. Kecupan-kecupannya yang mula-mula kecil, kini berubah menjadi ciuman yang sangat panas dan menggairahkan.
******
   Kami berciuman sangat lama hingga tak terasa sudah sampai di kamar hotel yang pria itu pesan. Ia mulai lagi menghujamiku dengan ciuman-ciumannya yang memabukkan, terasa panas, dan menggairahkan. Tangannya menggerayai tubuhku, menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah aku rasakan, perasaan yang seolah menginginkan lebih dari hanya ciuman dan rabaan. 
   Satu persatu pakaianku mulai ditanggalkannya hingga terpampanglah tubuh telanjangku dihadapannya. Sungguh aku malu sebenarnya memperlihatkan tubuhku padanya, tapi tak apalah, toh dia hanya pasangan one night standku saja. Tidak mungkin aku bertemu lagi bersamanya, kalaupun bertemu itu palingan hanya kebetulan saja dan bisa aku jamin ia tidak akan ingat denganku.
  “Kau sungguh indah, sayang” pujinya saat melihat tubuh telanjangku.
  “Terima kasih, kau juga sangat tampan.” Aku balas memujinya, padahal aku kurang begitu jelas melihat wajahnya dikarenakan pengaruh alkohol. Tapi tak apalah, dia sepertinya memang tampan.
   Ia mulai lagi menghujamiku ciuman panas setelah percakapan singkat kami.
  "Arghhh" erangku saat ia mulai meremas payudaraku.
  “Bagaimana rasanya, sayang? Nikmat, hum?” tanyanya disela-sela ciuman panas kami. Pertanyaan itu hanya kujawab dengan anggukan kecil sambil terus menarik kepalanya agar lebih mendekat padaku.

  "Tenang sayang, akan ada yang lebih fantastis dari pada ini." Ia menyeringai. Ah, tunggu-tunggu. Sepertinya aku pernah melihat seringaian itu, tapi dimana?  Hah! Peduli apa aku? Saat ini biarkan aku menikmati keindahan surga duniawi.... bersama..... pria beraroma mint itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar