Maaf kalau terlalu dikit :(
___________________________
KIARA
PRANGGG!!!!!
Lagi lagi suara itu
yang kudengar. Suara pecahan benda akibat pertengkaran mama dan papa. Suara
yang amat menyakitkan bagiku, dimana aku harus mendengar pertengkaran mama dan
papa yang tak ada habisnya.
Seringkali aku
bertanya pada Tuhan apa salahku, kenapa Tuhan memberi cobaan yang sangat berat
padaku. Walaupun aku tahu bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan yang
tidak sesuai dengan kemampuan makhluknya. Tapi ini sudah berlangsung 13 tahun
lamanya. TIGA BELAS TAHUN!!!
Ya! Dari umur 9 tahun
aku sudah mendengar mama dan papa bertengkar, mengeluarkan berbagai sumpah
serapah yang seharusnya tak ku dengar. Di umur sekecil itu, aku dituntut untuk
mencoba mengerti mereka, mengerti tentang hubungan mereka yang kacau
balau. Walau begitu, aku tak pernah menjadi anak yang pembangkan, yang mencari
perhatian kedua orang tuanya dengan cara-cara yang tidak baik. Aku malah
melakukan sebaliknya, aku mencoba menarik perhatian kedua orang tuaku dengan
prestasiku, sikap baikku, dengan doaku yang selalu menyertai mereka. Tapi semua
itu hanya mereka anggap angin lalu. Semua rencanaku untuk membuat mereka
memperhatikanku sia-sia.
Arghhhh!!! Sepertinya
kesabaranku menghadapi mereka sudah habis. Sekarang aku sudah tidak sanggup
mendengar pertengkaran mereka lagi, sumpah serapah mereka lagi. Saat ini yang
aku butuhkan adalah pelampiasan. Ya, pelampiasan!
Segera saja aku
menuruni tangga, melewati kedua orang tuaku yang masih bertengkar. Aku memacu
mobilku ke salah satu kelab malam yang paling besar di kotaku.
********************
Sesampainya disana,
terdengar hingar bingar musik yang memekakkan telinga. Tapi, sekarang aku tidak
peduli lagi, persetan dengan suara-suara bising itu.
Kulanjutkan langkahku
menuju meja bar, dan memesan wine pada bartender. Entah sudah berapa wine yang
kuteguk, aku tak peduli. Kepalaku terasa sangat pusing, kuputuskan untuk
pulang, tetapi bukan pulang ke rumah tentunya. Mataku berkunang-kunang saat aku
mencoba berdiri dari tempat dudukku, dan disaat itu pula sudah ada lengan pria
yang melingkar di pinggangku. Hmmm,, pria itu beraroma mint, bau yang
menenangkan. Tapi bau ini sangat familiar di hidungku, pikirku.
Karena asyik dengan
pikiranku, tak terasa pria beraroma mint itu telah mengecup kecil bibirku. Aku
tertegun, tapi kemudian aku membalas ciumannya. Kecupan-kecupannya yang
mula-mula kecil, kini berubah menjadi ciuman yang sangat panas dan
menggairahkan.
******
Kami berciuman sangat
lama hingga tak terasa sudah sampai di kamar hotel yang pria itu pesan. Ia
mulai lagi menghujamiku dengan ciuman-ciumannya yang memabukkan, terasa panas,
dan menggairahkan. Tangannya menggerayai tubuhku, menimbulkan perasaan aneh
yang belum pernah aku rasakan, perasaan yang seolah menginginkan lebih dari
hanya ciuman dan rabaan.
Satu persatu pakaianku
mulai ditanggalkannya hingga terpampanglah tubuh telanjangku dihadapannya.
Sungguh aku malu sebenarnya memperlihatkan tubuhku padanya, tapi tak apalah,
toh dia hanya pasangan one night standku saja. Tidak mungkin aku bertemu lagi
bersamanya, kalaupun bertemu itu palingan hanya kebetulan saja dan bisa aku
jamin ia tidak akan ingat denganku.
“Kau sungguh indah, sayang” pujinya saat melihat tubuh telanjangku.
“Terima kasih, kau juga sangat tampan.” Aku balas memujinya, padahal aku
kurang begitu jelas melihat wajahnya dikarenakan pengaruh alkohol. Tapi tak
apalah, dia sepertinya memang tampan.
Ia mulai lagi menghujamiku ciuman panas setelah percakapan singkat kami.
"Arghhh" erangku saat
ia mulai meremas payudaraku.
“Bagaimana rasanya, sayang? Nikmat, hum?” tanyanya disela-sela ciuman
panas kami. Pertanyaan itu hanya kujawab dengan anggukan kecil sambil terus
menarik kepalanya agar lebih mendekat padaku.
"Tenang sayang, akan
ada yang lebih fantastis dari pada ini." Ia menyeringai. Ah,
tunggu-tunggu. Sepertinya aku pernah melihat seringaian itu, tapi dimana?
Hah! Peduli apa aku? Saat ini biarkan aku menikmati keindahan surga
duniawi.... bersama..... pria beraroma mint itu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar