KIARA
Sejak kejadian dua bulan yang lalu yang menimpaku, aku selalu menemukan Daniel yang sudah rapi berdiri di depan rumahku untuk mengantarku ke kampus. Tapi aku salut padanya, sudah ku tolak berkali-kali, tetapi dia tetap saja keukeuh untuk mengantarkanku ke kampus. Dan ... humh,.. ini bisa dikatakan romantis bila dilakukan seseorang yang ‘ku sukai, tetapi sayangnya ini dilakukan seseorang yang ‘ku benci. Huh, sungguh sialnya aku karena berurusan dengan sang playboy kampus.
.
“Pagi, sayang” sapanya saat melihatku keluar dari rumah.
“Sudah berapa kali sih gue bilang jangan panggil-panggil gue sayang. Enek tau gak dengernya” jawabku dengan nada ketus.
“Buset, kamu kok galak banget sih, yang. Aku kan jadi takut.” Ish, masa gitu aja takut sih. Dia kira aku setan apa. Menyebalkan sekali, huh.
“Heh, apa peduli lu kalau gue galak? Dan berenti gunain aku-kamu. Emang lu pikir gue sapa lu, hah?” tanyaku dengan nada ketus.
“Sebentar lagi kamu kan akan jadi pacarku.” Ia mengedipkan matanya kepadaku.
“Pacar? Dalam mimpi kali!” kataku masih dengan nada ketus.
“Ah, tidak apa-apalah yang penting jadi pacar kamu, yang” Ia terkikik sembari mengedipkan matanya padaku, dan langsung saja aku pukul dia dengan tas tangan yang aku bawa. Hah, lagi-lagi’lah kau mencoba main mata denganku. Kena sendiri’kan akibatnya.
“Ya ampun. Kamu kok gitu banget sih yang sama aku? Teganya teganya tegaaa sekalii.” Ia bernyanyi. Lah, kok jadi malah nyanyi, sih? Dasar gak waras tu kupret.
“Itu suara apa bunyi bajaj?” sindirku. Oke, sebenarnya suaranya tidak jelek-jelek banget, malah nyaris enak didengar. Tapi gengsi’lah ya mengakuinya. Nanti dia malah membanggakan diri lagi. Huecih males deh kalau sudah melihat dia membanggakan diri.
“Enak aja nyama-nyamain suara’ku yang keren nan indah ini dengan bunyi bajaj. You must know’lah babe, gini-gini aku pernah jadi vokalis band tahuuu.” Ia mengerucutkan bibirnya. Ish! Ngegemesin banget sih! Pengen deh nabok tuh bibir*eh?
“Masa sih lu pernah jadi vokalis band? Nggak percaya tempeee” ejekku.
“Ciusan? Miapah?” hadoh lebayku kambuh lagi.
“Mikirin kamuhh” katanya dengan nada yang tidak kalah lebay sambil mengedipkan matanya yang ku hadiaahi cubitan di pinggangnya. “Aduh sakit banget” ia meringis.“Kalau nyubit itu kira-kira dong, sakit banget ini” ia melanjutkan ucapannya sambil menggerutu.
“Makanya jangan sok didepan gue”
“Ish! Aku kan cuma ngejawab apa yang kamu tanya tadi. Lagian niatan aku kesini tuh mau ngajakin kamu ke kampus bareng aku.” Ia berkata dengan cemberut.
“Kalau gue gak mau gimana?” tantang’ku
“Yang, kamu kok jahat banget sih? Gak kasian apa sama aku? Aku udah bela-belain bangun pagi-pagi suapaya bisa kesini, ngejemput kamu biar kita bisa berangkat ke kampus bareng. Lagian aku udah dua bulanan loh ngelakuin ini supaya kamu mau berangkat ke kampus bareng aku” katanya panjang lebar. Hmm, ku pikir-pikir gak ada salahnya sekali-sekali berangkat ke kampus bareng dia. Lagian sekarang badanku mudah lelah kalau terlalu banyak beraktifitas, dan juga suka mual-mual.
“Hmm, yaudah deh. Gue ikut lo” putusku akhirnya. Ia yang melihatku langsung sumringah plus semangat empat lima koma sembilan sembilan *err, emang ada?-_- dasar author sarap*
“Ahh, serius yang? Beneran nih? Aahhhh makasih ayangggg” ucapnya sambil senyum-senyum sendiri.
***
DANIEL
Perasaanku senang bukan main, usaha’ku selama 2 bulan ini untuk bangun pagi dan menjemput Kiara tidak sia-sia. Akhirnya ia mau berangkat ke kampus bersama’ku. Ingin rasanya aku teriak-teriak, loncat-loncat, menari-nari bahkan bersujud syukur pada Tuhan ataupun membuat pesta yang sangat besar untuk merayakan hari dimana Kiara mau berangkat ke kampus bersama’ku. Oke, ini memang terdengar berlebihan, tapi tenang saja itu semua tidak akan ‘ku lakukan kok karena aku masih punya gengsi yang sangat besar terhadap gadis itu. Ck!
***
KIARA
Sesampainya di kampus, banyak mata yang menatapku saat aku keluar dari mobil sang playboy cap sendal jepit buluk. Ada yang menatapku dengan tatapan tajam, seolah ingin mengulitiku hidup-hidup, ada pula yang menatapku dengan tatapan heran. Yah wajar’lah ya mereka heran, toh selama ini aku berusaha menjauhhhh sejauh jauhnya dari playboy cap sendal jepit buluk ini dan sekarang, dengan tiba-tiba dan tak terduga aku keluar dari mobil sang playboy.
Tapi eh tapinya, kurasa lebih banyak yang menatapku dengan tatapan tajam seolah ingin menguliti’ku deh dari pada yang menatapku heran. Huh, tatapan mereka membuatku risiihhh, sangat sangat risih. Eh, semoga saja yang aku khawatirkan tidak terjadi, ameen. Membayangkannya saja aku sudah takut apalagi itu terjadi. Huaaa, jangan sampe dehhh.
“Yang, udah sampe di depan kelas kamu nih” Ucap Daniel.
Huh, gara-gara ngelamunin para makhluk penggemar si Daniel dung dung deh nih aku jadi tidak sadar kalau sudah sampai di depan kelas. Ah, dasar menyebalkan.
“Ah, eh yasudah, gue masuk dulu. Makasih tumpangannya” ucapku.
Saat hendak melangkah, tiba-tiba Daniel menarik tanganku. “Heh, apa sih pegang-pegang tangan gue. Lepasin gak!” seruku sambil mencoba menarik tanganku.
“Kiss bye’nya mana, yang?” Tanya Daniel kalem, ia menunjuk kedua pipi plus bibirnya.
“Nih kiss bye.” Aku menacungkan tinju’ku di depan wajahnya.
“Widih,, galak amat sih kamu yang. Lagian masa sama pacar sendiri gak mau kasih kiss bye, padahal kita’kan udah ngelaku’in yang lebih dari kiss bye.” Mendengar ucapannya tadi sedikit membuatku merona. Ish! Cowok ini kenapa mengungkit-ungkit hal itu lagi, sih. Itu kan sudah lama terjadi.
“Heh, udah deh ya, gak usah ngungkit-ngungkit yang udah berlalu! Lagian sana pergi lu, telat tau rasa ntar.” Kataku dengan ketus.
“Cie yang perhatian sama aku. Hihiww, yaudah deh yang, aku masuk ke kelasku dulu.”ia mengedipkan matanya padaku.
Duh, salah ngomong aku. Sial sial sial....... lagian kenapa aku ngomong seperti itu? Kan, jadi salah pengertian dianya. Hah, kege-eranlah dia. Huahh... mulut, mulut, kenapa kau berbicara seperti itu?
“Oh ya, yang nanti pulangnya bareng aku juga yah..” teriaknya dari jauh.
Tidak sampai 5 detik ia berteriak, kini mulai lagi banyak para perempuan yang menatapku dengan tatapan tajam, lebih tajam dari pada pisau. Huh, dasar Daniel pembuat masalah, umpatku.
***
DANIEL
Hahh, akhirnya selesai juga dosen cerewet itu mengoceh. Saatnya menjemput ayang-ayangku. Hihihi. Baru 2 jam berlalu, tapi kenapa aku sudah rindu ya kepada Kiara? Hahh, aku ini kenapa, sih? Kenapa aku memikirkan Kiara terus? Mungkinkah aku jatuh cinta? Hah, tidak-tidak. Ini terlalu cepat kurasa untuk jatuh cinta. Uh, dari pada memikirkan hal-hal aneh, lebih baik aku segera mejemputnya sekarang. Yah, jaga-jaga’lah siapa tahu nanti dia kabur. Hiii.
Selang beberapa menit aku berjalan, aku sudah tiba di kelas Kiara dan aku menemukan dia tengah duduk sendirian. Kelasnya telah sepi. Hmm, mungkinkah dia menunggu’ku?
“Hey, ayo kita pulang” ajak’ku kepadanya.
“Eh, lo udah dateng?” tanyanya
“Emangnya kamu gak liat aku dateng yah, yang?” aku cemberut.
“Mmm, enggak. Sorry ya.” Eh tumben dia minta maaf. Dia tidak lagi kemasukan setan kampus’kan?
“Yang, kamu gak kenapa-kenapa’kan?” tanyaku curiga.
“Nggak kok. Btw pulang sekarang yuk. Gue pusing plus mual banget nih” ia berucap lemah sambil tersenyum. Senyum yang sangat dipaksakan.
“Pusing ya? Ke rumah sakit aja yuk? Aku takutnya kamu kenapa-kenapa lagi.” Ucapku khawatir.
“Eh?” ia kelihatan bingung.
“Iya, kita ke rumah sakit. Aku takutnya terjadi apa-apa lagi sama kamu.” Ia hanya mengangguk mendengar ucapan’ku.
AUTHOR
Perjalanan menuju rumah sakit dilalui dengan keheningan. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan. Hingga tak berapa lama kemudian mereka sampai di rumah sakit yang mereka tuju.
“Yang, udah sampai nih. Turun yuk” kata Daniel. Kiara hanya menganggukkan kepalanya sambil keluar dari mobil.
Mereka berjalan berdampingan menuju ruang periksa yang ditunjukan oleh suster yang mereka temui.
“Tok tok tok”
“Masuk!” sahut suara merdu dari dalam ruangan. Mendengar suara tersebut, Daniel dan Kiara langsung masuk ke ruangan tersebut.
“Siapa yang mau periksa?” tanya dokter perempuan tersebut dengan ramah.
“Dia dok.” Daniel menunjuk Kiara
“Kalau boleh tahu, mbak ini kenapa?” tanya sang dokter.
“Gak tau deh dok, saya hampir 2 bulan ini suka muntah-muntah dan pusing.” Jawab Kiara.
“Hmm, kalau gitu kita USG aja ya.”
“Untuk apa dok?” tanya Kiara dan Daniel heran.
“Untuk memastikan.” Dokter itu berucap misterius. Daniel dan Kiara yang tak mengerti maksud dokter tersebut hanya diam dan mengangguk.
Tak lama kemudian dokter tersebut menunjukkan gambar yang ada di layar untuk USG.
“Kalian lihat itu?” tanya dokter tersebut.
“Lihat, dok. Memangnya itu apa?” tanya Daniel penasaran. Dokter tersebut tersenyum sambil berkata “Selamat ya, sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua”
Dug!
Pernyataan dokter tersebut membuat Daniel dan Kiara pucat pasi, seolah mereka kehilangan banyak darah.
Dengan wajah yang masih sedikit pucat, Daniel dan Kiara mengucapkan terima kasih kepada dokter tersebut.
“Oh ya, tolong ya pak diperhatikan pola makan ibunya. Jangan lupa berikan vitamin dan susu untuk ibu hamil. Dan untuk bundanya jangan terlalu kecapekan dan stress, karena itu bisa mengakibatkan keguguran pada janin.” Ucap dokter tersebut dengan senyumnya. Nasihat dokter tersebut hanya di jawab dengan anggukan oleh Daniel dan Kiara.
***
Setelah keluar dari ruang periksa, mereka berdua hanya terdiam hingga Kiara membuka suara.
“Dan, gue ke toilet bentar ya” kata Kiara.
“Ya udah, aku tunggu disini” jawab Daniel kaku.
Saat Kiara hendak masuk ke toilet, ia melihat ayahnya bersama wanita hamil sedang bercanda ria.
Dug!
________________________________
Hmm, gimana ya reaksi Kiara saat melihat ayahnya bersama wanita hamil? pantengin terus ya SISTtONS^^ kalau bisa vote dan komennya ya. hehee ^^

Tidak ada komentar:
Posting Komentar